21 January, 2008

Pendidikan dan ICT Kunci Menuju Knowledge Based-Society

Sumber berita : prasetya.brawijaya.ac.id
Indonesia telah bertekad menuju masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based-society, KBS) pada tahun 2025. Namun visi ini akan sulit dicapai kalau masalah pendidikan dan ICT (information and communication technology) di Indonesia tidak diberikan prioritas dalam pembangunannya. Demikian Prof Soekartawi dalam makalah yang disampaikan pada Konferensi Nasional Sistem Informasi 2008 (KNSI-2008) yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Sanata Dharma (USD) di Yogyakarta, Selasa (15/1). Selanjutnya, guru besar ekonomi pertanian yang kini juga menekuni masalah-masalah ICT untuk pendidikan, dalam makalah berjudul ‘Kebijakan Pemerintah Menuju Terwujudnya Knowledge Based-Society’ itu, menguraikan panjang-lebar keterkaitan antara pendidikan dan ICT terhadap terbentuknya KBS. Menurut Soekartawi, KBS adalah masyarakat yang menyadari kegunaan dan manfaat informasi. Masyarakat demikian memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengakses dan memanfaatkan informasi serta menjadikan informasi sebagai nilai tambah dalam peningkatan kualitas kehidupan. Masyarakat demikian, salah satunya dicirikan oleh penguasaan terhadap pengetahuan, ketrampilan, dan daya saing tinggi. Karena itulah, maka kemudian variabel pendidikan dan penguasaan ICT menjadi amat penting. Pada hal semua orang tahu, pendidikan di Indonesia kini masih dihadapkan pada tiga masalah besar, yaitu masalah yang berkaitan dengan pemerataan dan perluasan akses pendidikan; peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing keluaran pendidikan; dan penguatan tatakelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan. Indonesia yang terdiri dari lebih dari 17 ribu pulau dengan tingkat pembangunan yang berbeda, menyebabkan tidak meratanya kesempatan memperoleh pendidikan dan relative masih rendahnya kualitas dan daya saing keluaran pendidikan. Soekartawi berharap agar keluaran perguruan tinggi bukan saja menguasai technical know-how, tetapi juga punya kemampuan menciptakan, menganalisa dan mentransformasi informasi untuk meningkatkan nilai tambah. Sehingga dengan demikian, tenaga kerja kita mampu menguasai ICT, berpengetahuan tinggi, dan mampu melakukan penyesuaian dengan perubahan global. Oleh karena itu, menurut Soekartawi, setelah dibentuk Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi (Kominfo) pada tahun 2004, selayaknya diikuti dengan kampanye kesadaran pentingnya ICT, pemanfaatan ICT untuk semua sektor, membangun ICT sesuai dengan standar WSIS (The World Summit on the Information Society), dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu bangsa maju berbasis ICT. Di samping sebagai pembicara kunci dalam konferensi tersebut, Prof Dr Soekartawi juga bertindak sebagai Streering Committee bersama 13 orang ahli sistem informasi (ICT) lainnya, seperti Prof Soesianto dan Prof A Djunaedi (UGM), Dr K Suhendro, Dr R Mandala, Dr HS Sastramiharja, Dr Sukrisno, Dr IS Suwardi (ITB), Shandi L Pusposutjipto (Samudera Group), Dr Wahyu Jati (Intel Co), dan Ninok Leksono (Kompas). [Skw]

No comments: